Rabu, 26 Desember 2018

Latihan Soal & Kunci Jawaban Perebutan Hegemoni Bangsa-Bangsa Eropa di Indonesia

A. Pilihlah jawaban yang tepat!


1. Pembubaran VOC tidak dianggap sebagai akhir masa kolonialsme dan imperialisme di Indonesia karena . . . .
a. Kerajaan Belanda masih menempatkan mantan pejabat VOC di Indonesia
b. kedudukan VOC sebagai penguasa Indonesia digantikan oleh bangsa Inggris
c. Kerajaan Belanda membentuk kongsi dagang baru untuk menggantikan VOC
d. sistem perdagangan VOC masih dijalankan oleh sebagaian besar pedagang Indonesia
e. Kerajaan Belanda membentuk pemerintahan kolonial untuk menjalankan kekuasaan
Jawaban: e
VOC secara resmi dibubarkan oleh Kerajaan
Belanda pada tanggal 31 Desember 1799.
Pembubaran VOC tidak mengakhiri praktik
kolonialisme dan imperialisme Belanda di Indonesia.
Kerajaan Belanda kemudian
membentuk pemerintahan kolonial Belanda
(pemerintahan Hindia Belanda) untuk menjalankan
kekuasaan di Indonesia. Dengan demikian,
pemerintahan kolonial Belanda tetap melanjutkan
kolonialisme dan imperialisme yang telah dirintis VOC.


2. Perhatikan keterangan berikut!
1) Diangkat sebagai gubernur jenderal pada tahun 1808 oleh Louis Napoleon.
2) Merupakan gubernur jenderal pertama Belanda di Hindia Belanda.
3) Saat menjabat gubernur jenderal, ia menghapuskan praktik feodalisme untuk menciptakan masyarakat yang dinamis.
Keterangan di atas terkait dengan Gubernur Jenderal . . . .
a. Jan Willem Janssens
b. Jan Pieterszoon Coen
c. Baron van der Capellen
d. Herman Willem Daendels
e. Johannes van den Bosch
Jawaban: d
Keterangan pada soal terkait dengan Gubernur
Jenderal Herman Willem Daendels. Ia merupakan
gubernur jenderal pertama Belanda di Hindia
Belanda setelah VOC dibubarkan. Daendels
diangkat langsung oleh Louis Napoleon pada
tahun 1808. Herman Willem Daendels merupakan
salah satu patriot Belanda yang terpengaruh
semangat Revolusi Prancis. Semangat tersebut
diaplikasikan Daendels dalam menjalankan
kekuasaan di Hindia Belanda dengan menghapus
praktik feodalisme untuk menciptakan masyarakat yang dinamis.

3. Pengaruh Revolusi Prancis pada abad XVIII di Indonesia ditunjukkan oleh Daendels dengan . . . .
a. mengganti seluruh pejabat pribumi Hindia Belanda dengan pejabat Belanda
b. membentuk sekretariat negara untuk menyelesaikan seluruh masalah administrasi
c. menghapus praktik feodalisme untuk menciptakan masyrakat Hindia Belanda yang dinamis
d. membentuk legiun militer yang bertugas mempertahankan Hindia Belanda dari serangan Inggris
e. membagi tiga jenis peradilan yang disesuaikan dengan golongan masyarakat di Hindia Belanda
Jawaban: c
Pemerintahan Herman Willem Daendels di
Indonesia yang berlangsung pada tahun 1808–
1811 dipengaruhi oleh semangat Revolusi Prancis.
Semangat tersebut diaplikasikan Daendels dalam
menjalankan kekuasaan di Hindia Belanda dengan
cara ingin menghapuskan praktik feodalisme untuk menciptakan masyarakat yang dinamis.

4. Saat menjadi gubernur jenderal di Hindia Belanda Daendels menjual tanah kepada pihak swasta dan hasilnya digunakan untuk memperkaya diri sendiri. Kondisi tersebut menyebabkan . . . .
a. Daendels ditarik dari jabatan gubernur jenderal dan dikembalikan ke Belanda
b. seluruh kebijakan Daendels di bidang ekonomi dikendalikan oleh pihak swasta
c. pemerintah Belanda mampu membangun infrastruktur baru di Hindia Belanda
d. pihak swasta memiliki kekuasaan besar dalam aktivitas ekonomi di Hindia Belanda
e. perekonomian di Hindia Belanda semakin meningkat akibat campur tangan pihak swasta
Jawaban: a
Pemerintahan Daendels di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari berbagai kekurangan. Kesalahan
terbesar Daendels ketika memerintah di Indonesia
adalah menjual tanah kepada pihak swasta dan
hasil penjualannya digunakan Daendels untuk
memperkaya diri sendiri. Akibat tindakannya
tersebut, Daendels ditarik dari jabatannya dan dikembalikan ke Belanda.



5. Perhatikan tabel berikut!
 No.
                                                                               X
1)
Membentuk sekretaritat negara untuk membereskan masalah administrasi.
2)
Menjalin hubungan baik dengan penguasa lokal.
3)
Membentuk kantor pengadilan di Batavia dan Surabaya.
 No.
                                                                               Y
1)
Membagi  Pulau Jawa menjadi delapan belas keresidenan.
2)
Merombak sistem feodal dan mengganti dengan sistem pemerintahan Barat modern.
3)
Menjadikan bupati sebagai pegawai pemerintah yang mendapatkan gaji dalam bentuk uang.

 Kebijakan Daendels saat menjadi gubernur jenderal di Indonesia ditunjukkan oleh kombinasi . . . .
a. X1), X2), dan Y1)
b. X1), X3), dan Y2)
c. X1), X2), dan Y3)
d. X2), X3), dan Y2)
e. X2), X3), dan Y3)
Jawaban: b
Jiwa revolusioner Daendels memengaruhi
kebijakannya dalam bidang pemerintahan.
Kebijakan Daendels di bidang pemerintahan saat
menjabat gubernur jenderal di Hindia Belanda
sebagai berikut.
1) Membentuk sekretariat negara untuk mem-
bereskan masalah administrasi.
2) Membentuk kantor pengadilan di Batavia dan
Surabaya.
3) Memindahkan pusat pemerintahan dari
Batavia ke Weltevreden (Menteng).
4) Merombak sistem feodal dan mengganti
dengan sistem pemerintahan Barat modern.
Jadi, jawaban yang tepat ditunjukkan oleh kombinasi X1), X3), dan Y2).

6. Keterangan yang terkait dengan Kapitulasi Tuntang ditunjukkan oleh pilihan . . . .
a. pelaksanaan Kapitulasi Tuntang diprakarsai oleh Janssens dan Raffles
b. pemerintahan Inggris di Hindia Belanda dibahas dalam Kapitulasi Tuntang
c. Kapitulasi Tuntang menandai akhir pemerintahan Janssens di Hindia Belanda 
d. Kapitulasi Tuntang membahas pembagian wilayah kekuasaan antara Belanda dan Inggris
e. struktur pemerintahan Janssens di Hindia Belanda diatur dalam Kapitulasi Tuntang
Jawaban: c
Kapitulasi Tuntang ditandatangani pada tanggal
18 September 1811. Kapitulasi Tuntang berisi
penyerahan kekuasaan di Hindia Belanda dari
Gubernur Jenderal Janssens kepada pemerintah
Inggris. Kapitulasi Tuntang juga mengakhiri
berakhirnya kekuasaan Belanda dan digantikan oleh pendudukan Inggris.

7. Salah satu prinsip yang menjadi pedoman Thomas Stamford Raffles saat menjalankan tugas sebagai letnan gubernur di Hindia Belanda pada tahun 1811-1816 adalah . . . .
a. mengizinkan penanam modal berinvestasi di Hindia Belanda
b. memercayai korupsi mampu merusak mental pejabat pemerintahan
c. menegaskan feodalisme akan menghambat perkembangan masyarakat
d. menghendaki perubahan dalam pemerintahan di wilayah Hindia Belanda
e. menyatakan segala bentuk kerja rodi dan penanam wajib harus dihapuskan
Jawaban: e
Sir Thomas Stamford Raffles merupakan letnan
gubernur jenderal di Hindia Belanda pada periode
1811–1816. Saat menjalankan pemerintahan,
Raffles berpedoman pada tiga prinsip berikut.
1) Segala bentuk kerja rodi dan penanaman wajib
dihapuskan dan menggantinya dengan
penanaman bebas oleh rakyat.
2) Peran bupati sebagai pemungut pajak
dihapuskan dan menetapkan para bupati
sebagai pegawai pemerintah.
3) Tanah merupakan milik negara. Oleh karena itu, rakyat bertindak sebagai penyewa.

8. Saat menjadi gubernur jenderal di Hindia Belanda, Johannes van den Bosch menerapkan kebijakan cultuurstelsel yang bertujuan . . . .
a. mempertahankan wilayah Hindia Belanda dari serangan Inggris
b. mendapatkan komoditas ekspor yang laku di pasaran dunia
c. menciptakan kebebasan usaha bagi masyrakat pribumi di bidang perkebunan
d. mendukung kekuataan ekonomi Belanda dalam menghadapi perang melawan Belgia
e. membangun fondasi ekonomi yang mendukung kehidupan masyarakat
Jawaban: b
Kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah
(landrente) di Hindia Belanda yang diterapkan pada
masa pemerintahan Komisaris Jenderal men-
dorong van den Bosch menciptakan sistem
penanaman wajib. Sistem tersebut bernama
cultuurstelsel atau sering disebut tanam paksa.
Sistem ini bertujuan untuk mendapatkan
komoditas-komoditas ekspor yang laku di pasaran
dunia.


9. Perhatikan tokoh-tokoh berikut!
1) Cornelis Elout
2) Douwes Dekker
3) Ardiaan Buyskes
4) Baron van Hoevel
5) Fransen van der Putte
Tokoh-tokoh humanis yang mengkritisi sistem tanam paksa ditunjukkan oleh angka . . . .
a. 1), 2), dan 3)
b. 1), 3), dan 4)
c. 2), 3), dan 4)
d. 2), 4), dan 5)
e. 3), 4), dan 5)
Jawaban: d
Penderitaan akibat pelaksanaan sistem tanam
paksa mendapat simpati dari tokoh-tokoh
humanis di Belanda. Tokoh-tokoh tersebut
mengkritisi pelaksanaan tanam paksa melalui
artikel dan buku-buku. Tokoh-tokoh tersebut antara
lain Douwes Dekker, Baron van Hoevel, dan
Fransen van der Putte. Jadi, jawaban yang tepat
ditunjukkan oleh angka 2), 4), dan 5).

10. Sistem ekonomi liberal di Hindia Belanda tidak lebih baik dari sistem tanam paksa. Faktor utama yang melandasi pernyataan tersebut adalah . . . .
a. pada masa liberal rakyat ditekan dua pihak, yaitu pemerintah dan swasta
b. pemerintah masih mendominasi perekonomian rakyat di Hindia Belanda
c. pihak swasta menerapkan tarif cukup tinggi dalam sistem sewa tanah
d. perekonomian di Hindia Belanda pada masa liberal didominasi sektor swasta
e. pemerintah kolonial Belanda masih menerapkan pajak tinggi pada masa liberal
Jawaban: a
Sistem ekonomi liberal yang diterapkan di Hindia
Belanda pasca-pelaksanaan sistem tanam paksa
tidak membawa kesejahteraan bagi rakyat. Pada
masa liberal rakyat ditekan oleh dua pihak, yaitu
pemerintah kolonial Belanda dan swasta.
Penekanan dari dua pihak ini menyebabkan
penderitaan rakyat semakin besar.



B. Kerjakan soal-soal berikut!

1. Bagaimana situasi politik di Hindia Belanda setelah VOC dibubarkan pada tahun 1799?
Jawaban:
Pembubaran VOC pada tanggal 31 Desember 1799
bukan berarti kolonialisme bangsa Belanda di
Hindia Belanda berakhir. Setelah VOC dibubarkan,
Kerajaan Belanda membentuk pemerintahan
kolonial Belanda untuk menjalankan kekuasaan
di pemerintahan Hindia Belanda. Pemerintahan
Hindia Belanda menguasai wilayah bekas
kekuasaan VOC. Pemerintah Hindia Belanda mulai
memerintah di Indonesia sejak awal abad XIX dan
berakhir menjelang pertengahan abad XX.

2. Jelaskan kebijakan Daendels di bidang ekonomi saat menjadi gubernur jenderal di Hindia Belanda!
Jawaban:
Kebijakan Daendels dalam bidang ekonomi
ditujukan untuk memperbaiki keuangan
pemerintah Belanda akibat kerugian VOC.
Kebijakan tersebut sebagai berikut.
a. Mengeluarkan uang kertas.
b. Membentuk Dewan Pengawas Keuangan
(DPK).                                            
c. Menjual tanah-tanah kepada pihak swasta
atau partikelir (Tionghoa dan Arab).
d. Melakukan pemungutan pajak-pajak swasta
dan penyerahan wajib berupa hasil bumi.

3. Mengapa pada tahun 1811 Louis Napoleon memberhentikan Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda?
Jawaban:
Dalam menjalankan pemerintahannya, Daendels
sering memaksakan kehendak, baik kepada
penduduk lokal maupun pejabat-pejabat Belanda.
Daendels juga tidak segan-segan memberikan
hukuman berat kepada pegawai dan pejabat
Belanda yang terlibat kasus korupsi. Kesalahan
terbesar Daendels adalah menjual tanah kepada
pihak swasta dan hasil penjualan tersebut
digunakan Daendels untuk memperkaya diri
sendiri. Oleh karena itu, pada tahun 1811
pemerintah Kerajaan Belanda memberhentikan
Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia
Belanda.

4. Saat menjabat letnan gubernur jenderal di Hindia Belanda, Raffles sering mencampuri urusan kerajaan-kerajaan lokal. Tunjukkan bukti tindakan Raffles tersebut!
Jawaban:
Beberapa bukti yang menunjukkan keterlibatan
Raffles dalam urusan kerajaan-kerajaan lokal
sebagai berikut.
a. Raffles terlibat dalam konflik di Kesultanan
Yogyakarta. Dalam konflik ini Raffles
memihak Sultan Hamengku Buwono III,
padahal sebelumnya Raffles berpihak pada
Sultan Hamengku Buwono I.
b. Raffles juga mencampuri konflik yang terjadi
di Palembang. Raffles mendukung Raja
Najamuddin untuk menggulingkan Raja
Baharuddin. Dalam setiap konflik yang
dicampuri pihak Inggris, Raffles berusaha
mencari posisi aman yang menghasilkan
keuntungan bagi Inggris.

5. Jelaskan proses masuk dan berkembangnya agama Katolik dan Kristen di Indonesia!
Jawaban:
Perdagangan dan kolonialisme bangsa Eropa
memiliki peran penting bagi penyebaran agama
Katolik dan Kristen di Indonesia. Agama Katolik
disebarkan bangsa Portugis sekira abad XVI.
Salah seorang misionaris yang menyebarkan
agama Katolik di Indonesia adalah Fransiscus
Xaverius. Ia menyebarkan agama Katolik di
Ambon, Ternate, dan Halmahera pada tahun 1546–
1547. Penyebaran agama Katolik juga dilakukan
di Nusa Tenggara Timur oleh rohaniawan dari Ordo
Fransiskan dan Dominikan. Mereka mem-
perkenalkan agama Katolik melalui khotbah dan
teladan hidup. Adapun penyebaran agama Kristen
dilakukan oleh bangsa Belanda. Para misionaris
agama Kristen memusatkan aktivitas penyebaran
agamanya di daerah-daerah pedalaman yang
belum tersentuh Islam. Di Pulau Jawa kegiatan
kristenisasi dilakukan dengan cara sinkretisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar